Selasa, 28 September 2010

MOT Kit diagnostik untuk Malaria

Saat kelas I SMA di salah kota di Kalimantan Selatan, saya menderita demam disertai menggigil dan setelahnya keluar keringat dingin. Demikian keluhan yang kualami saat terinfeksi plasmodium vivak (parasit malaria). Penyakit ini terdiagnosis dengan apusan darah malaria atas permintaan dokter (lupa nama) dan setelah mendapat terapi malaria akhirnya sembuh. Itulah awal pertama saya berkenalan dengan laboratorium. Metode apusan darah ini merupakan gold standar untuk diagnosis penyakit malaria selain murah, sederhana tapi memakan waktu relatif lama dan membutuhkan personel yang terlatih dengan baik dan dapat membedakan berbagai jenis plasmodium.
Pada beberapa tahun yang lalu telah di perkenalkan tes diagnostik secara cepat (RDT : Rapid Diagnostik test)yang dapat mendeteksi Ag parasit malaria yang beredar dalam darah atau dengan metode konvensional pan-Plasmodium PCR.
Namun dengan metode RDTs (Rapid Diagnostik test)terdapat keterbatasan yaitu hanya dapat mendeteksi parasitemia di atas 200 parasit/uL darah. Dan dalam perkembangan reset terbaru di perkenalkan suatu alat diagnostik malaria terbaru dan dapat mendeteksi dengan cepat pula yang berdasarkan metode magneto-optical technology (MOT). Alat ini selain dapat mendeteksi parasit malaria dalam range 50 hingga 100 parasit/uL darah, juga cukup praktis untuk skrening para pelancong atau serdadu yang baru kembali dari daerah endemis serta dapat mendeteksi karier yang asymptomatik.



(Dikutip dari http://www.malariajournal.com/content/9/1/207 " Laboratory evaluation on the sensitivity and specificity of a novel and rapid detection method for malaria diagnosis based on magneto-optical technology (MOT)" by Petra F Mens et al.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar